Meski Serba Prihatin Anak-anak Sinabung Tetap Harus Sekolah
Komisi VIII DPR berharap anak-anak pengungsi korban erupsi Gunung Sinabung, Sumatera Utara tetap harus sekolah. Hal tersebut diungkapkan anggota Komisi VIII, Abdul Aziz Suseno saat meninjau lokasi pengungsian Gunung Sinabung di Posko Klasis GBKP Kabanjahe, Kota Tanakaro pekan lalu.
“Anak-anak yang sudah menjadi korban bencana erupsi Gunung Sinabung ini jangan sampai kembali menjadi korban dengan tidak adanya pendidikan di lokasi pengungsian. Syukurnya saya mendengar langsung dari anak-anak di sini (pengungsian) bahwa mereka tetap bersekolah,”ujar Aziz.
Saat berdialog langsung dengan anak-anak, Komisi VIII mendapati sejumlah anak yang rindu akan tempat tinggalnya. Namun, Aziz dan seluruh anggota Komisi VIII yang ikut dalam kunjungan tersebut mencoba memberi pengertian bahwasanya semua ini adalah musibah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Meski demikian kehidupan harus terus berjalan, dan masa depan anak-anak harus terus dikedepankan.
Lewat pendekatan sebagai “orangtua” anggota Komisi VIII meminta anak-anak pengungsi untuk tidak boleh berhenti sekolah. Selain mengajak anak-anak untuk tidak melupakan sekolah, Komisi VIII mengajak anak-anak bernyanyi untuk sejenak melupakan penderitaan mereka. Bahkan Ketua Komisi VIII DPR RI, Ida Fauziyah sempat memberikan hadiah untuk anak-anak yang dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
“Ayo, siapa yang tahu kepanjangan dari DPR RI?,” teriak Ida kepada anak-anak pengungsi, yang disusul dengan tunjukan tangan hampir seluruh anak-anak yang ada di pengungsi Posko Klasis GBKP Kabanjahe tersebut. Ida pun kemudian menunjuk salah satu anak dan kemudian memberikan sejumlah hadiah karena telah berhasil menjawab pertanyaannya.
Laporan yang diterima Komisi VIII dari Kepala Satgas Tanggap Darurat,Letkol Kav Prince Meyer yang juga menjabat sebagai Komandan Kodim 0205/TK, sekitar tiga belas ribuan anak korban bencana Gunung Sinabung tetap bersekolah seperti biasa. Mereka mengikuti proses belajar di sekolah-sekolah dekat pengungsian seperti di Kabanjahe, Berastagi dan Simpang Empat. Karena keterbatasan tempat, mereka pun harus bergantian dalam menggunakan sekolah tempat belajar.
“Meski serba prihatin, anak-anak tetap harus sekolah. Demi masa depan mereka,” ujar Ida Fauziyah yang diamini Abdul Aziz. Suseno (ayu), foto : ayu/parle/hr.